Menikmati Pensiun Dini ala Wahyu Bahyudin

Kalau mendengar kata jamur yang terbayang pada kita adalah sesuatu yang menyebalkan bahkan dapat membuat stress bagi sebagian orang, apalagi bila jamur tersebut harus bertengger di anggota badan kita (kulit). Berbeda halnya dengan jenis jamur tiram putih (Pluerotus Ostreatus) yang digeluti oleh Wahyu Bahyudin / NIK.551146 atau yang lebih akrab di panggil Ayung ini. Mantan karyawan Telkom Bogor yang memutuskan Pensiun Dini pada tahun 2005 lalu. Diakhir masa tugasnya sebagai Sales Force Flexi Speedy untuk membantu target pemasaran Telkom Bogor, ada semacam keraguan dan ketidak puasan yang ia rasakan terkait prospek kariernya ke depan, apalagi kompetisi yang cukup ketat di lingkungan kantor ketika itu, banyaknya tenaga muda dengan strata sarjana, maka PENDI ia yakini sebagai Solusi. Setelah melewati pertimbangan yang matang dengan melakukan konsolidasi internal di rumah, maka saat itu lah Wahyu alias Ayung dan keluarga meniti harapan serta cita-citanya.

Kisah Ayung ini di mulai dari berbekal menggunakan sebagian uang kompensasi Pendi serta kemampuan berbisnis kecil-kecilan, ikhtiarnya ini dimulai dengan menjadi distributor antena FlexiHome hingga mampu melayani pesanan ke wilayah Garut, Tasikmalaya dan Cirebon. Akan tetapi pasang surut usahanya itu menyebabkan Ayung mencoba peruntungan lain dengan beternak ayam potong dengan pola kemitraan. Setelah sempat mengalami keuntungan yang cukup lumayan, datang lah isu flu burung yang kembali meratakan bisnisnya ketika itu. Lagi-lagi Ayung tidak patah semangat, ia mencoba bangkit kembali dengan membuka kios sepeda di wilayah kota Bogor. Sempat ia membuka kios sepada di 3 tempat yang berbeda. Akan tetapi beban operasional yang tinggi untuk kebutuhan biaya sewa kios serta dampak kenaikan BBM kala itu, menyebabkan daya beli masyarakat pun menurun sehingga kembali bisnisnya pun tidak mampu bertahan. Tak habis berfikir, Ayung pun kembali mencoba usaha barunya dengan membuka tambak ikan tetapi itu pun tak berlangsung lama. Hingga sampailah ikhtiarnya dengan membuka usaha budidaya jamur tiram.                                                    

Dari bisnis jamur tiram yang dimulai Mei 2006, ia dibantu dengan 3 orang pekerja dan nilai asset 50 juta, saat ini ia memiliki 60 karyawan  dengan total asset mencapai 500 juta. Serta didukung oleh 11 jaringan mitra dan plasma, dengan kemampuan produksi per hari 3 s/d 6 kuintal dengan harga rata-rata Rp.8.000,-/ kilo. Ayung mengatakan, hingga saat ini bisnis jamur tiram sangat menjanjikan, mengingat potensi pasar masih sangat terbuka lebar. Ia mengatakan hingga saat ini ia belum mampu memenuhi permintaan pasar di wilayahnya. Apalagi ia sempat mendapat permintaan untuk memasok jamur tiram ke wilayah Lampung dan Sumatera dengan harga /kilo jauh lebih mahal. Akan tetapi karena ia ingin menjaga stabilitas pasokan di wilayahnya maka ia urungkan permintaan pesanan tersebut.

Kini di usianya yang sudah 54 tahun, Wahyu Bahyudin harus mengasuh sendiri 4 orang anaknya setelah kepergian istri yang meninggal tahun 2005. 3 orang anaknya kini sudah bekerja sebagai Karyawan dan PNS serta 1 orang masih di bangku SMA kls.1. Saat ini ia termasuk salah satu Mitra Binaan Telkom CD Area 02, yang mendapat bantuan modal sebesar Rp.50 juta pada triwulan I/2008. Dipercaya oleh HR 02 untuk berbagi pengalaman di acara pembekalan untuk peserta yang lulus PENDI 2009 karyawan Divre II. Tips darinya adalah : Jangan takut untuk membuka usaha apapun, Yakinkan bahwa Allah yang akan memberikan rizki dari usaha kita, Ulet jangan mudah menyerah, Diawali dengan cara bermitra, Jangan terburu-buru untuk menjadi sukses. 

Harapannya apa yang dicapainya saat ini mendapat berkah dari Allah dan memiliki manfaat bagi banyak orang, khususnya rekan-rekan Telkom yang telah mengambil program PENDI, ia bersedia berbagi dengan menghubungi di 0251-7107 022 atau email : wahyu_jamur@yahoo.com. Di rumah yang cukup asri dengan gemericik derasnya air yang melintas di depannya dan kesejukan udara gunung, di Desa Panacari, Ciawi, Bogor, Demikianlah, Ayung telah menikmati kesehariannya.(Mirfa/09)